Putra Terbaik Wonogiri Raih Adi Makayasa 2025: Simbol Integritas, Profesionalisme, dan Harapan Masa Depan TNI
Wonogiri –Cakrawala8.com Sebuah prestasi monumental ditorehkan oleh salah satu putra daerah dari Kabupaten Wonogiri. Alim Bimo Pratowo, pemuda kelahiran Dusun Semanding, Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, berhasil meraih Adi Makayasa—penghargaan tertinggi bagi lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) Tahun Akademik 2025. Pencapaian ini menegaskan kiprah generasi muda daerah dalam peta nasionalisme dan profesionalisme militer Indonesia.
Upacara penutupan pendidikan Akmil yang digelar di Lapangan Sapta Marga, Magelang, dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak. Berdasarkan rilis resmi dari laman akmil.ac.id, kegiatan ini melibatkan 811 taruna, terdiri dari 387 Taruna Tingkat III dan 424 Taruna Tingkat IV yang secara resmi dikukuhkan sebagai perwira muda TNI AD.
Dalam amanatnya, Kasad menyampaikan bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan pendidikan militer bukan sekadar simbol kelulusan, tetapi merupakan awal dari pengabdian sejati sebagai alat pertahanan negara. Secara khusus, Kasad mengapresiasi para lulusan terbaik, dengan sorotan utama kepada peraih Adi Makayasa, Alim Bimo Pratowo.
“Keberhasilan ini patut disyukuri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan orang tua kalian. Jadikan ketakwaan dan rasa syukur sebagai fondasi moral dalam setiap penugasan,” ungkap Jenderal Maruli.
Alim Bimo Pratowo lahir pada 2 September 2002. Ia merupakan alumnus SMA Taruna Nusantara dan menyelesaikan pendidikan Akmil di Program Studi Teknik Elektronika Pertahanan, corps Arhanud (Artileri Pertahanan Udara). Putra pasangan AKP Subroto, Kasatlantas Polres Wonogiri, dan Erina Sulistyowati Sularso ini dikenal memiliki semangat juang tinggi, integritas, dan prestasi akademik yang konsisten sejak masa sekolah.
Tak hanya unggul dalam hal akademik dan militer, Alim juga menunjukkan karakter kepemimpinan yang matang, menjadikannya sebagai figur yang ideal untuk membawa semangat reformasi militer yang adaptif terhadap tantangan zaman.
Selain penghargaan Adi Makayasa, Akmil juga memberikan penghargaan Anindya Wiratama Tingkat III kepada dua taruna lain yang menunjukkan prestasi luar biasa: Sermatutar Bisyarah Salsabila asal Bogor dan Sermatutar Muhammad Afridzal Muchlis dari Makassar.
Dalam konteks ini, penghargaan tidak hanya menjadi simbol pencapaian personal, tetapi juga bagian dari kerangka seleksi kepemimpinan masa depan TNI. Kriteria penilaian Adi Makayasa yang meliputi aspek akademik, jasmani, kepemimpinan, dan kepribadian, menegaskan pentingnya pengembangan manusia unggul dalam institusi pertahanan negara.
Prestasi Alim Bimo Pratowo menyimpan pesan kuat dalam perspektif akademik dan sosiologis. Dari sudut pandang pendidikan kewarganegaraan dan bela negara, kasus ini menunjukkan bagaimana sistem seleksi dan pembinaan karakter di lembaga pendidikan militer mampu mendorong anak daerah untuk tampil sebagai pemimpin nasional.
Selain itu, pencapaian ini juga memberi efek resonansi positif terhadap daerah asal. Di tengah tantangan pembangunan desa dan urbanisasi di Wonogiri, munculnya sosok teladan dari Baturetno dapat menjadi katalisator motivasi kolektif bagi pemuda daerah untuk berkontribusi dalam bidang pertahanan, teknologi, dan kepemimpinan publik.
Dalam dunia militer yang semakin kompleks dan multiaspek, lahirnya perwira muda seperti Alim Bimo Pratowo merupakan kabar baik bagi arah modernisasi pertahanan Indonesia. Namun, tantangan ke depan tidak ringan. Di tengah globalisasi dan dinamika geopolitik, integritas dan tanggung jawab etis perwira TNI menjadi pondasi utama dalam menjaga profesionalisme dan kepercayaan publik terhadap institusi negara.
Kebanggaan yang dirasakan oleh masyarakat Wonogiri hari ini, adalah bagian dari narasi besar tentang harapan dan keteladanan. Alim bukan hanya simbol keberhasilan individu, tetapi representasi dari visi Indonesia yang menjadikan keunggulan karakter sebagai fondasi kekuatan nasional.
Pewarta :( Katman//Hari Sutopo)